Apakah kita yang menentukan Nasib atau Nasib yang menentukan kita?
Jadi jangan pernah menyesal dan menyalahkan Tuhan, karena apa yang terjadi saat ini sepenuhnya adalah pilihan anda sendiri, Tuhan akan merestui apapun pilihan anda.
Setiap kesuksesan itu perlu diperjuangkan. Kerja keras dan peras keringat Baedowy selama bertahun-tahun membuktikan hal itu. Berawal di tahun 2000 saat ia membidik peluang bisnis sampah plastik. Meski ia mantan auditor di Royal Bank of Scotland yang sangat mapan dan setiap hari berdasi, Baedowy sama sekali tak merasa risih harus bercengkrama dengan tumpukan sampah. Iapun tak ragu berkeliling berburu sampah ke setiap wilayah siang dan malam.
‘’Ketika saya berhenti, bos saya waktu itu bilang, asal kamu tahu ya, orang kayak kamu inilah yang nggak akan bisa sukses. You are so young, very emotional. Ingat kata-kata saya, kamu tidak akan bisa sukses. Kamu tidak sabaran,’’ papar Baedowy mengenang perkataan bosnya. Dia hanya ingat itu hari Kamis di penghujung 2000.
Sehari-hari Baedowy berkantor di sebuah bangunan yang luasnya sekitar 100 meter persegi. Bangunan yang dilengkapi AC itu terletak agak tersembunyi di antara tumpukan botol oli bekas, botol minuman, botol shampo, dan berbagai sampah plastik. Sudah hampir 134 tahun Mohammad Baedowy (41) berkecimpung “mengurusi” limbah plastik di bawah bendera CV Majestic Buana. Dalam setahun, miliaran rupiah bisa dikantongi dari bisnis yang produknya sudah diekspor ke Cina ini.
Jika orang menganggap sampah sebagai barang yang menjijikkan, bagi Baedowi justru sebaliknya, sampah adalah harta karun. Dengan sampah kini ia bergelimang rupiah. Meski harus hengkang sebagai auditor di sebuah bank asing dan menjadi ‘pemulung’. Usaha yang dirintisnya sukses, sebagai juragan sampah yang mampu mengeksppor 2 kontainer biji sampah plastik ke China setiap minggu dengan omset menggiurkan.
Daya juang Baedowy cukup kokoh. Ia seorang pejuang tangguh dan pantang menyerah. Ia nekad berbisnis dengan modal awal sekitar 50 juta yang dipakai untuk beli mesin, sewa lahan dan membuat bangunan sederhana. Di tahun kedua akhirnya bisnis yang ditekuninya semakin berkembang. Kini bijih sampah hasil olahannya diekspor ke China. “Satu kali ekspor bisa mencapai 20 ton. Setiap satu minggu bisa satu sampai dua kontaineran. Mengenai keuntungan ya kira-kira 500 rupiah per kilogram, “ ujar pria berusia 37 tahun ini. Dalam sehari mesin buatannya mampu menggiling hingga 3 ton bahan baku sampah plastik meski rata-rata hanya satu ton saja per harinya.
Kesuksesan yang direguknya tentu tidaklah instan. Di tahun pertama, ia harus menemui beberapa kendala yang hampir saja membuatnya pesimis. “Kendala pasti adalah, bagi saya setidaknya ada dua hal teknis dan non teknis. Non teknis berupa ujian mental. Bisa dibayangkan, saya ini seorang sarjana, mantan pegawai bank yang selalu berdasi, tiba-tiba harus jadi pemulung sampah, rasa-rasanya setiap orang pun akan malu tak terkecuali orang tua saya. Soal teknis berupa mesin yang selalu ngadat. Hampir di satu tahun pertama saya disibukkan dengan membetulkan kondisi mesin agar bisa tampil prima, “ kilahnya.
Tapi itu adalah dulu, sebelum ia menemukan sampah sebagai lumbung rejekinya. Baginya, semua itu dijadikan sebagai bahan pelajaran untuk beranjak menjadi lebih baik. Faktanya dengan kerja keras dan restu orang tua, meski dari sampah namun ia bisa menyedot rupiah. “Satu hal yang penting bagi saya, restu orang tua, itulah yang mendongkrak saya hingga berhasil,” aku ayah tiga anak ini.
Kini, ia tidak hanya mampu berbisnis daur ulang limbah plastik. Melalui perusahaannya, CV Majestic Buana Group, di Cimuning, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, Baedowy juga membuat mesin-mesin pengolah limbah plastik, antara lain mesin penghasil pelet plastik, mesin crusher penghasil pencacah plastik, dan mesin pengolah lainnya.
Setelah 10 tahun berlalu, kini bisnis Baedowy semakin bergairah. Untuk bahan baku ia berdayakan lebih dari seratus pemulung. Bukan hanya itu, iapun sudah menggalang kerja sama dengan lebih dari 80 mitra kerja yang terhampar dari Aceh hingga Papua. “Saya bangga bisa memberdayakan para pemulung dan ibu-ibu disekitar pabrik pengolahan sampah. Selain itu, karena saya sudah menggalang dengan lebih dari 80 mitra di seluruh Indonesia, secara otomatis masyarakat di sekitarnya pun turut diberdayakan. Di setiap satu pabrik bisa mempekerjakan lebih dari 60 orang,” imbuh pria lulusan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang ini.
Berhasil menjadi pengusaha sukses, bagi Baedowy tidak bisa dijalankan seorang diri. Ia menilai, kesuksesan bisa didapat karena peran serta para karyawannya.
Kini selain berbisnis peraih beragam penghargaan seperti Dji Sam Soe Award, Kalpataru dan lainnya ini disibukkan dengan mengajar dan memberikan kuliah umum di beberapa universitas di tanah air. “Sampah adalah masalah besar bangsa kita. Tapi kalau diolah secara baik dan tepat dengan teknologi tepat pula, sampah pun bisa menjadi rupiah. Saya berobsesi untuk menyebar luaskan pengetahuan saya ini kepada seluruh masyarakat,” pungkasnya.
“Jangan kamu ingin cepat dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan besar. Karena pekerjaan itu jarang kamu temukan. Yang sering kamu temukan adalah pekerjaan-pekerjaan kecil. Bagaimana kamu bisa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan besar kalau yang kecil saja kamu tidak terlatih. Sekecil apa pun pekerjaan, itu datangnya dari Tuhan. Lakukanlah dengan sungguh-sungguh pekerjaan yang kecil itu dengan hati suci,” pesannya.
0 comments
Vleopos adalah berita Ragam Kehidupan dan Inspirasi, Disini Anda bebas bertanya maupun mengutarakan ide, gagasan, opini secara bebas yang tentu tidak termasuk dalam koridor Sara. Dilarang keras titip Link / URL hidup maupun berupa tulisan atau mempromosikan produknya.